Berawal dari kekagumannya pada orang-orang berpakaian rapi dan necis di gedung megah yang merupakan kantor dari Bank Belanda di Indonesia, Mochtar Riady yang kala itu berusia 10 tahun segera bercita-cita untuk menjadi seorang bankir. Lahir dalam keluarga pedagang batik yang tergolong miskin, Mochtar mendapat didikan keras dari sang Ayah.
Kehidupannya penuh dengan lika-liku yang sangat panjang dan penuh derita. Diusia 8 tahun sang Ibu meninggal dunia, menyusul sang ayah yang ditangkap tentara Jepang diusianya yang ke-11. Mochtar kecil menjadi yatim piatu dan mulai mencari uang sendiri. Di usia ke 18, ia ditangkap oleh pemerintah Belanda dan dibuang ke Nanking, Tiongkok.
Di sana ia kemudian mengambil kuliah filosofi di Universitas Nanking. Kala itu sedang perang. Di sana pun semuanya juga serba susah. “Ketika itu tiga hari saya tidak makan, hanya minum air. Perasaan ketika itu takut dan sedih. Tidak puya sanak famili,” kenangnya. Hanya ada sekitar 20 orang yang bertahan di Universtas Nanking, termasuk Mochtar.
Mochtar kembali ke Indonesia pada tahun 1951 dengan bekerja kepada mertuanya untuk mengurus toko kecil di Jember, Jawa Timur. Dalam tiga tahun ia berhasil memajukan toko tersebut hingga jadi yang terbesar di kota Jember. Namun, keinginannya menjadi bankir menguat. Maka ia urban ke Jakarta. Ia berprinsip bahwa tumbuhan yang ditanam dalam pot tidak akan berkembang besar.
Di Jakarta, ia menggeluti berbagai macam profesi: bekerja di sebuah CV, bekerja pada seorang importer, dan berbisnis kapal kecil. Kesempatan besar terjadi ketika Mochtar mengurus Bank Kemakmuran yang sedang terbelit masalah. Mengawalinya dengan ketidaktahuan dalam mengurus sebuah bank bermasalah, Mochtar bekerja keras untuk mempelajarinya Hanya dalam tempo waktu setahun, Bank Kemakmuran mengalami pertumbuhan pesat di bawah kepemimpinannya.
Tetapi Mochtar merasa kemampuan dirinya masih belum maksimal, dirinyapun terus berpindah dari satu bank ke bank lain Berkat kegigihannya, dia berhasil di semua bank yang digelutinya. Setiap bank yang ia tunggangi akan melaju dengan cepat. Kesuksesannya terjadi ketika dirinya merevitalisasi Bank Central Asia (BCA) hingga asetnya berlipat hingga 300 kali lipat pada 1990.
Kesuksesan itu mencapai masa jayanya ketika Mochtar membeli sebagian saham di Bank Perniagaan Indonesia yang tengah terpuruk pada tahun 1987. Setelah bergabung, aset Bank Perniagaan Indonesia melonjak naik lebih dari 1.500 persen.
Dua tahun kemudian, bank ini melakukan merger dengan Bank Umum Asia dan melahirkan Lippobank. Inilah cikal bakal Grup Lippo. Bersama Grup Lippo, Mochtar diperkirakan telah membuka hingga 50.000 lapangan pekerjaan dari lebih 50 anak perusahaan.
<!--[endif]-->--> Sumber : Berbagai Sumber